masukkan script iklan disini
Banyumas - Bupati Banyumas Achmad Husein akan memanfaatkan sumber alkohol lokal yang diproduksi oleh warganya untuk digunakan sebagai hand sanitizer. Rencana Husein itu untuk mengatasi kelangkaan hand sanitizer sebagai antiseptik dalam upaya pencegahan virus Corona.
Husein akan memanfaatkan produksi alkohol dari Desa Wlahar, Desa Cikakak, dan Desa Windunegara, Kecamatan Wangon, Banyumas. Masyarakat di tiga desa itu secara turun-temurun sejak tahun 1942 memproduksi minuman keras tradisional atau yang dikenal dengan sebutan ciu. Setidaknya terdapat 508 kepala keluarga (KK) di tiga desa itu yang memproduksi ciu.
Tempat produksi terbanyak terdapat di Desa Wlahar, ada sekitar 400 KK yang memproduksi ciu sebagai mata pencaharian. Dalam sehari, satu kepala keluarga dapat memproduksi sekitar 15-80 liter ciu. Namun, ciu itu diperdagangkan secara ilegal.
Rencana Pemerintah Kabupaten Banyumas memanfaatkan ciu sebagai hand sanitizer untuk mengatasi virus Corona itu disambut baik oleh masyarakat produsen ciu. Warga berharap langkah bupati itu dapat meningkatkan taraf hidup mereka.
"Kalau beneran ya rasanya senang karena laku (kalau dibeli Bupati Husein). Kalau kayak gini terus kan sepi jadi bingung, yang pastinya siap produksi," kata salah satu produsen ciu di Desa Wlahar, Rempi, saat berbincang dengan wartawan, Jumat (20/3/2020).
Hasil rebusan air fermentasi itu kemudian disuling hingga keluar tetesan uap alkohol berkadar 20-30 persen.Dia menjelaskan untuk membuat ciu, dia bersama suami biasanya harus merendam gula kelapa dengan tape selama 10 hari di dalam gentong. Setelah 10 hari, air yang sudah terfermentasi di dalam gentong-gentong tersebut tersebut kemudian dimasak.
"Produksi dari pukul 02.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB. Tidak mesti juga, kadang-kadang dapet banyak sampai 80 liter. Kalau musim hujan terus bahannya (gula merah atau gula kelapa) kecampur air, jadi susah," jelasnya.
Dengan empat pawon untuk memproduksi ciu, Rempi bisa menghasilkan sekitar 60-80 liter ciu murni. Tapi dia tidak pernah tahu berapa kadar alkohol dari setiap produksinya. Dia hanya dapat menandai ciu itu baik dan bagus dengan cara dibakar.
"Rata rata per harinya 4 pawon bisa jadi 60-80 liter ciu murni. Nandain kualitas alkoholnya dinyalain pakai api, kalau nyala itu bagus," ucapnya.
Kepala Desa Wlahar, Narsim, mengatakan jika pihak desa mendukung rencana Pemkab Banyumas memanfaatkan alkohol dalam ciu sebagai bahan hand sanitizer. Apalagi rencana itu untuk kepentingan masyarakat luas mengatasi penyebaran virus Corona.
"Desa dan masyarakat sini sangat mendukung sekali, karena itu bisa meningkatkan ekonomi warga sini, di mana sumber makan sehari-hari dari usaha tersebut. Jadi dengan adanya virus Corona ini semoga ciu Wlahar ini bisa bermanfaat buat antiseptik untuk mencegah virus Corona," kata Narsim.
Narsim menjelaskan jika untuk dapat meningkatkan kadar alkohol dari yang sebelumnya hanya 20 persen dengan cara disuling ulang. Dengan demikian, kadar alkohol ciu murni tersebut dapat meningkat menjadi 80 persen.
Proses produksi ciu di Banyumas (Foto: Arbi Anugrah/detikcom) |
Meski demikian, proses produksi ciu ini masih dilakukan secara tradisional, mulai dari alatnya, tungku kayu bakar, hingga pendingin semuanya masih serba tradisional.
"Untuk meningkatkan kadar alkohol dari ciu yang hanya 20-40 persen itu kita di sini kemarin mencoba hasil ciu itu dimasak ulang atau disuling ulang. Itu untuk mencapai kadar alkohol 80 persen, jadi dua sampai tiga kali proses bisa sampai 90 persen," jelasnya.
Hingga saat ini langkah yang sudah dilakukan pihaknya ke masyarakat yakni sosialisasi jika ciu dapat diproduksi hingga mempunyai kadar alkohol yang tinggi. Itu bisa digunakan sebagai hand sanitizer.
"Bagus sekali arahnya kayak gini kalau sampai dikembangkan. Syukur bisa dilegalkan, jadi masyarakat tidak kucing-kucingan dan tidak selalu diuber-uber oleh aparat," tuturnya.
Terpisah, Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko mengatakan adanya gejala peredaran hand sanitizer di pasaran mulai hilang setelah adanya wabah Corona.
Sehingga, pemerintah daerah memikirkan bagaimana bisa memproduksi hand sanitizer sendiri dari bahan baku lokal yang bisa diupayakan.
"Dari teori yang sering kita lihat, alkohol 70-90 persen itu bisa digunakan sebagai antiseptik atau hand sanitizer. Maka dari itu ke depannya kita ubah alkohol-alkohol di sini dari alkohol konsumsi jadi alkohol farmasi," jelasnya.
Sumber : https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4947656/ciu-banyumas-dilirik-jadi-bahan-hand-sanitizer-ini-desa-produsennya/3